Kamis, 06 Juni 2013

Bupati Purwakarta : Gotong Royong Ruh Indonesia

 
Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Purwakarta kembali melaksanakan kegiatan kuliah umum atau Kenduri Birokrasi. Kali ini, tema acara tersebut adalah Wahyu, Budaya dan Keberadaban Manusia di Pendopo Purwakarta, Senin (3/6)
Kegiatan yang diikuti Bupati Purwakarta, H Dedi Mulyadi SH, Wakil Bupati Purwakarta Drs Dadan Koswara, Sekda Purwakarta, Pejabat Eselon II, III dan IV serta para pegawai di lingkungan Pemkab Purwakarta dengan nara sumber Prof DR KH Jalaludin Rakhmat, MSc dan Budayawan Butet Katarajasa. Kegiatan tersebut diisi dengan beberapa kesenian. Diantaranya  boboyongan dari Kabupaten Garut serta aksi teatrikal dari Siswa SMA II (dua) Purwakarta serta Emka 9 sebagai pengiring musik.
Dedi menuturkan, kebudayaan merupakan salah satu faktor dalam pembangunan, begitupun dalam sejarahnya. Menurutnya, bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat kuat diantaranya gotong royong dan rasa persatuan. “Ini sebenarnya ruh Indonesia,” kata Dedi dalam sambutannya.
Dilanjutkan Dedi, Allah menciptakan tanah, air, udara dan matahari dengan hamparan yang luas, dimana di dalamnya berisi hamparan kultur wilayah berdasarkan potensi lokal yang dimilikinya. Disitu ada nilai yang sangat kuat salah satunya adalah persatuan.
“Sejarah mengatakan, bangsa Indonesia memiliki persatuan yang kuat dan itu merupakan salah satu kebudayaan yang dimiliki bangsa kita, bangsa yang bergotong royong,” imbuhnya.
Membangun negara, kata Dedi, bukan hanya membangun infrastruktur. Akan tetapi membangun nilai kultur yang berkembang dimasyarakat. Infrastruktur adalah penunjang masyarakat sebagai pendorong daya saing masyarakat.
“Semua merupakan tugas negara, yang bertugas membangun dan menerapkan nilai kehidupan masyarakat. Kita semua harus ada spirit perubahan dalam membangun negara untuk menuju arah yang lebih baik lagi,” tambah Dedi.
Menurut Dedi, kultur adat masyarakat yang masih baik adalah kultur masyarakat pedesaan yang masih melaksanakan hukum adat. ”Seperti contohnya kampung Naga. Dimana masyarakat di sana seperti pertanian tidak memakai pestisida atau pupuk berbahan kimia, akan tetapi padi ditanam dengan memanfaatkan potensi disekitarnya,” terangnya.
Sementara itu, Jalaludin Rakhmat mengatakan, saling menghargai itu sangat penting. Ia menjelaskan beberapa hadist tentang bagaimana bersosial di tengah masyarakat yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Kehidupan bersosial masyarakat, sangatlah krusial, begitu pula dengan diri sendiri.
“ Ada sebuah hadist yang isinya, bagaimana kita menjalani kehidupan berdasarkan nilai, yaitu bagaimana diri kita untuk tidak merasa paling benar. Nabi mengajarkan kepada kita, pentingnya nilai kehidupan diantaranya terhadap sesama manusia,” jelasnya.
Kemudian, Budayawan Indonesia Butet Katarajasa apresiasi dengan kegiatan ini. Karena sangat jarang pemimpin melakukan kolaborasi budaya yang isinya sangat bermanfaat dalam kegiatan tersebut.
“Saya teringat dan menjadi inspirasi bagi saya yaitu tiga tokoh yang berlatang belakang berbeda, yaitu Presiden Soekarno yang mengenalkan Indonesia pertama kali ke dunia bukan bentuk negaranya tetapi kebudayaan yang dimiliki negaranya. Ataupun Kiyai H Khudori serta Gusmun yang mengajarkan bagaimana membangun nilai beragama berdasarkan kehidupan masyarakat yang berkembang,” ujarnya.
Tokoh nasional, kata dia, harus bisa belajar banyak dalam membangun negara yaitu dengan belajar kepada Purwakarta. “Karena Purwakarta saat ini sangat luar biasa. Karena sudah menjadi kota yang sangat potensial dan berkeadaban,” katanya.

0 komentar:

Posting Komentar