Dalam dunia fotografi jurnalistik dikenal
metode EDFAT untuk menciptakan foto esai yang baik. Melalui metode ini
fotografer akan berproses untuk menemukan bingkai foto yang tepat,
kreatif, dan bisa mengumpulkan data lengkap untuk ditampilkan dalam foto
esai. Metode yang diperkenalkan oleh “Walter Cronkite School of
Journalism and Telecommunication Arizona State University” ini telah
teruji sebagi metode untuk memilih aspek spesial dari cerita, agar
memperoleh gambar yang kuat.
Apa saja EDFAT itu? Let’s see penonton…
- Entire (keseluruhan),
ambil gambar keseluruhan lingkungan termasuk manusianya. Cara ini
dianggap banyak fotografer jurnalistik baik untuk mengenalkan subyek
foto dan lingkungannya kepada para pembaca.
- Details (kerincian),
bergeraklah maju mendekati obyek untuk melihat lebih detail, ajak subyek
untuk berinteraksi, perhatikan mata, rambut, apa yang dia pakai. Ambil
visual yang kuat sebagai ciri khusus dari subyek dan atur komposisi yang
bagus.
- Time (waktu), ambil
kesempatan secepatnya jangan menunda waktu, karena bisa saja peristiwa
tersebut tidak terulang lagi, atau kesempatan ini akan diambil orang
lain. Dalam bahasa fotografi cara ini biasa disebut momment in time yang tepat.
Nah, sudah lebih jelas kan dengan metode
EDFAT? Mungkin bisa mulai dicoba setiap kali akan mengambil foto, tidak
hanya mengambil gambar tunggal, tapi cobalah sekali-kali ambil gambar
berseri dengan metode ini. Perlu anda ketahui, bahwa
komposisi dalam menata foto hasil jepretan tidaklah harus urut sesuai
metode di atas. Artinya, kita bisa saja memasang foto detail sebagai
pembuka atau yang lain selain foto foto keseluruhan. Yang terpenting,
pilihlah foto pembuka yang dapat menarik pembaca. Selanjutnya, anda mungkin
dapat memberi foto yang memberi kesan kuat terhadap subyek sebagai
penutup. Untuk pemilihan foto ini, agaknya perlu komunikasi yang intens
dengan editor (jika ada).
Setelah memahami metode pengambilan gambar, sebaiknya anda perlu
untuk mencoba mempraktekkan langsung. “Bertebaranlah di muka bumi agar
ilmu yang didapat tidak menguap begitu saja”, kata seorang bijak. Hehe….
Untuk membekali anda semua dalam berburu foto
jurnalistik, berikut saya berikan beberapa tips untuk memulai membuat
foto jurnalistik yang saya dapatkan dari Mas Dwi Oblo:
- Buat strategi 5 W (what, when, where, who, why), lengkapi dengan riset dan konsisten.
- Why Should I Care? Kenapa saya peduli dengan apa yang akan menjadi subyek foto saya?
- Kuasai Subyek sebelumnya, bisa datang dulu ke rumahnya ngobrol dan ajak berinteraksi, sehingga ketika kita memotret mereka tidak akan terganggu.
- Cari sudut pandang yang berbeda dari fotografer yang pernah ada, hindari pengulangan, dan gambar-gambar yang standart. Mulailah mencari sudut pengambilan ciri khas anda.
- Hati-hati dengan elemen di sekelilingnya, pilihan lensa dan diafragma akan sangat berpengaruh.
- Lihat lebih detail apa yang menempel pada subyek. Detail bisa jadi simbol informasi.
- Hati-hati dengan ekspresi subyek, jangan sampai orang salah menginterpretasi antara menangis atau ketawa.
- News value, ambil atau pilihlah foto yang mempunyai nilai berita. Kita harus bisa menilai sebuah peristiwa yang kita foto termasuk lokal, nasional, internasional.
- Pelototi berita, selalu stay up date dengan berita yang ada baik dari koran, majalah, internet dan tv agar foto yang kita hasilkan mempunyai nilai berita terkini. Dengan update berita, kita akan lebih mantap menentukan peristiwa apa yang akan kita ambil lebih dulu.
- Jalin kontak, terutama dengan narasumber-narasumber penting seperti kepala polisi, dokter rumah sakit, humas instansi-instansi agar kita bisa selalu diberitahu perkembangan apapun hal-hal terkini.
Dijamin, jika dan hanya jika anda menerapkan semua tips di artikel ini disertai usaha dan belajar yang keras, anda akan
dapat menghasilkan foto yang luar biasa dan mungkin bisa dijual ke
kantor-kantor berita dengan harga yang lumayan. Selamat menjepret foto
jurnalistik!
0 komentar:
Posting Komentar